Negeri Astinapura : Punggawa kerajaan dan Menti

 



Syahdan. Terdengar suara gumaman dibelakang Istana Astinapura. Para Dubalang Kerajaan sedang asyik memperbaiki jubah kebesaran. Sementara para menti bersandar di pasebanan. Pinggir Kerajaan Astinapura. 


“Wahai, dubalang kerajaan. Gerangan apa yang terjadi. Di laman Istana, berduyun-duyun para punggawa kerajaan hendak menghaturkan sembah. Namun Raja Mudah belum berkenan menerimanya. Apakah gerangan ?”, tanya sang menti heran. 


“Wahai para menti. Raja Muda Astinapura sudah tau siapa sosok yang mendukung pertandingan adu memanah di alun-alun Istana. Ada punggawa kerajaan yang bersorak. Menghinanya. Tentu saja Sang Raja mengetahui siapa gerangan punggawa kerajaan yang Setia kepada Istana Astinapura”, kata sang dubalang kerajaan. Wajahnya tenang. Baktinya kepada Raja tidak perlu diragukan. 


“Daulat, tuanku. Benar. Para punggawa kerajaan sama sekali tidak pernah mengira. Sang Raja Muda yang memimpin negeri Kecil diujung kerajaan Astinapura tidak pernah diperhitungkan. Bahkan padepokannya juga sama sekali tidak terkenal”, sambut sang menti sembari tersenyum. 


“Benar, para menti. Musuh yang kurang dikenal sama sekali  tidak boleh diremehkan. Siapakah yang mengetahui siapakah gurunya yang telah menurunkan jimat sakti mandraguna.  Selain dia menjalani tapa brata dan laku yang panjang. 


“Dewata Agung menurunkan ilmu kanuragan dari Langit. Dia sendiri memilih siapa yang pantas untuk mendapatkannya. 


Sehingga meremehkan musuh pertandingan adu memanah didepan alun-alun Istana Astinapura justru akan mengalahkannya diri sendiri. 


Demikian petuah yang sering hamba dengar dari para Pemimpin padepokan”, kata sang dubalang kerajaan. 


“Daulat, tuanku. Pesan dari tuanku akan hamba ingat selalu”, kata sang menti. 

Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..