Negeri Astinapura : Gundah gulana punggawa kerajaan


Syahdan. Terlihat keramaian di kediaman Depati Kerajaan Astinapura. Suara kegelisahan terdengar disana-sini. Mereka memikirkan nasib mereka. Jubah kebesaran Kerajaan akan ditinggalkan. Diberikan kepada punggawa kerajaan yang akan menggantikan. 

“Wahai, punggawa kerajaan. Bagaimanakah nasib hamba kelak “. Apakah sang Raja baru yang akan bertahta akan menggunakan hamba untuk mengawal kerajaan Astinapura ?”, tanya sang Depati gundah. Terbayang cincin berkilauan emas yang melingkar di Jari tangan akan diserahkan kepada penggantinya. 


“Tuanku. Hamba percaya. Loyalitas kepada negeri tidak akan tergoyahkan karena kedudukan. Bukankah ikrar disampaikan ketika pelantikan diangkat menjadi punggawa kerajaan”, sanggah punggawa kerajaan. 


“Benar, punggawa kerajaan. Bagaimanapun, kabar telik sandi, hamba ditasbihkan mendukung adipati yang kemudian kalah di pertandingan memanah didepan alun-alun Istana. Tentu saja sang telik akan mengabarkan kepada raja yang baru”, sanggah sang adipati. Terdengar suara kegelisahan dinadanya.


“Tentu saja sang Raja baru membawa punggawa kerajaan yang baru. Pasukan Setia akan mengawal Istana”, sambut sang punggawa kerajaan. 


“Tapi, tuanku. Kita serahkan nasib kita kepada sang dewata agung. Biarlah garis tangan mengatur langkah kita”, harap sang punggawa kerajaan. 


“Baiklah, punggawa kerajaan. Semoga sang Raja baru akan bertindak bijaksana. Dia akan tahu siapa yang mempunyai loyalitas kepada negeri dan siapa yang menjadi pecundang”, harap sang adipati.  

 

Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..