Syahdan. Terdengar kegaduhan di Negeri Alengka. Kesaktian Maharaja negeri Alengka yang berasal dari ajian dan mantra kemudian tak terbukti lagi kedigdayaan. Kesaktian bahkan mantra ampuh tak mampu lagi melindungi negeri Alengka.
Para Adipati, Para Punggawa mulai meragukan kesaktian dari mantra Maharaja Negeri Alengka. Terdengar suara berbisik-bisik ditengah kerumuman.
“Wahai Maharaja, sesungguhnya kesaktian dari mantra yang selama ini menjaga kesaktianmu tak terbukti lagi. Mantra dan ajian yang selama ini memagar dirimu sudah habis kesaktian”, terdengar deru di ujung Istana Negeri Alengka.
Suara ini menggema dan terdengar di seluruh antero negeri Alengka.
“Benar. Kesaktian dari mantra Sang Maharaja Sudah tak terbukti kesaktiannya”. Demikian seruan dari suara ujung sudut Istana.
Sang Maharaja kemudian termenung. Apa kesalahan yang telah dilakukan. Sehingga mantra yang menjadi jimat dan mantra kesaktiannya sama sekali tidak dapat digunakan lagi.
Apakah sang dewata tak berkehendak lagi untuk melindungi negeri Alengka “? Tanya sang Maharaja semakin ragu.
Ataukah mantra tidak terbukti lagi kesaktiannya ? Atau memang mantra yang selama ini menjadi ajian dan jimat yang di sekeliling pinggang sang Maharaja telah dinodai dan khianat kepada rakyatnya.
Sang Maharaja duduk termenung. Duduk lesu di singgasana.
Apakah juga pertanda negeri Alengka akan menjadi negeri yang kemudian tenggelam dari kehancuran zaman.
Tanya itu terus menggeluti rasa gundah sang Maharaja.
Jawaban yang hingga kini belum juga ditemukan.