Negeri Astinapura - Punggawa Kerajaan


Syahdan. Terlihat keramaian didepan alun-alun Istana Astinapura. Umbul-umbul kerajaan Astinapura berkibar dengan megah. Ditiup angin. Menampakkan kemegahan Negeri Astinapura. 


Didalam balairung Istana, Sang Raja Astinapura sedang mendengarkan laporan telik sandi. Mengabarkan punggawa kerajaan yang akan menobatkan sebagai punggawa kerajaan. 

“Wahai, daulat tuanku Raja Astinapura. Sang Raja Agung yang berkuasa di negeri Astinapura.


Perkenankan hamba mengabarkan kepada tuanku. Punggawa kerajaan yang akan dinobatkan”, sembah sang telik sandi. Sembari tangan terkatup didepan dada. Tanda sembah. 


“Baiklah, wahai sang telik sandi. Gerangan dan kabar yang hendak engkau sampaikan”, jawab sang Raja. 


“Daulat, tuanku. Para punggawa kerajaan akan dinobatkan, hendaknya mempunyai kesetiaan kepada kerajaan. 


Mempunyai budi pekerti. Dan tentu saja mempunyai kesaktian tiada tara. Ajian dan mantranya tiada tertandingi. 


Mampu menghadapi serangan dedemit yang masih menyerang negeri Astinapura, tuanku”, jawab sang Telik Sandi. Suaranya sedikit lirih. Khawatir murka sang Raja Astinapura. 


“Baiklah, sang telik sandi. Kerajaan Astinapura akan melihat para punggawa kerajaan yang Setia kepada negeri Astinapura. Sekaligus yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat”, titah sang Raja Astinapura. Sembari tersenyum. 


“Para Dewan Kerajaan sudah mempertimbangkannya. Tidak lama lagi, sebelum purnama berlalu, para punggawa kerajaan akan berbakti kepada kerajaan Astinapura”, lanjut titah sang Raja. Suaranya tenang. Menggambarkan hatinya sedang bergembira. 


“Baiklah, tuanku. Negeri Astinapura menunggu kabar dari kerajaan Astinapura. Daulat, tuanku”, jawab sang Telik sandi. Sembari pamit, bergegas meninggalkan balairung istana. 


Melaksanakan titah sang Raja. 

Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..