Gegar Negeri Alengka


Dengan menggunakan ajian kaki seribu, berlarilah Sang Telik Istana menuju istana negeri Alengka..
"Ada apa engkau hendak sampaikan.. Kabar apa yang hendak engkau siarkan". Ujar Sang Maharaja heran..

"Daulat, yang dipertuan Agung. Di negeri Alengka, sebuah padepokan menyerbu tempat semedi yang dihadiri rakyat negei Alengka.. Demikian, tuanku". Kata Sang Telik sandi mengabarkan.. Nafasnya terengah-engah. Keringatnya bercucuran.. Dadanya bergemuruh.

"Apa sesungguhnya yang terjadi. Mengapa Padepokan yang terkenal se antero negeri menyerbu tempat persemedian ?" Ujar sang maharaja heran.

"Bukankah selama ini padepokan selalu menyebarkan kesejukan. Menebarkan kedamaian. Peristiwa apa yang membuat padepokan begitu murka ?" lanjut sang Maharaja..

"Daulat, tuanku. Sang resi yang konon merapal mantra dari negeri awan sering menghina leluhur sang padepokan. Beliau juga sering mengajak rakyat untuk menentang wibawa negeri Alengka. Demikian kabar yang hamba terima, tuanku !!". Sembah sang telik sandi..

"Selain itu, berbagai tradisi padepokan sering ditertawakan. Sang resi begitu angku dan sering mengajak duel pemimpin padepokan, tuanku. Lanjut Sang Telik sandi..

"Kalau begitu, saya bisa memahami begitu murkanya padepokan terkenal itu. Selama ini sang resi suka berteriak dan merongrong wibawa kerajaan Alengka.. Sudah semestinya padepokan begitu murka.. Mulai sekarang, usir sang resi yang menghina leluhur padeokan dan menentang wibawa negeri Alengka"

"Rakyat negeri Alengka berharap agar tidak adanya kegaduhan. Pasar jadi sepi. Pedagang jadi takut. Rakyat tidak berani keluar rumah. Bukankah lebih baik kita mengusir tikus yang hendak memakan padi di lumbung" Titah Sang maharaja Negeri Alengka..

"Daulat, tuanku yang dipertuan Agung. Hamba mundur diri". Sembah sang telik sandi keluar istana. "
Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..