Negeri Astinapura : Suka Cita Murid Padepokan

 


Menunggu hingga 6 purnama, murid padepokan yang telah melanglang buana ke berbagai padepokan mengasah ilmu kanuragan. Menempa ilmu tapa brata. 


Entah berapa padepokan yang telah didatangi. Entah berapa jauh negeri yang telah didatangi, sang murid belum menemukan ajian maut untuk menggembleng diri. Memantapkan tapa brata. 


Setelah menerima wangsit dari para dewata. Bertemu dengan murid dari padepokan terkenal di negeri astinapura, sang murid bergegas Menuju padepokan. 


Sembari menunggu sang murid dari padepokan terkenal, sang murid padepokan yang lain segera bergegas. Menuju padepokan. 


“Para Pemimpin padepokan. Izinkanlah hamba untuk menempa tapa brata. Belajar dari kitab yang terkenal mantra kesaktiannya”, kata sang murid dari padepokan. Wajahnya cukup lelah. Setelah menempuh perjalanan dari negeri Seberang. 


“Wahai murid padepokan. Ada apa gerangan yang menimpa dirimu. Sehingga engkau dari negeri Seberang datang ke padepokan di negeri astinapura ?”, tanya sang Pemimpin padepokan. 


“Mohon ampun, tuanku. Tersiar kabar seantero negeri. Kesaktian dari kitab padepokan membuat negeri astinapura menjadi tenang dan tenteram. Semoga hamba dapat belajar dari padepokan ini”, kata sang murid padepokan. Wajahnya sedikit tertekuk. Khawatir padepokan tidak dapat menerima kehadirannya. 


“Wahai murid padepokan. Padepokan ini selalu terbuka untuk dirimu. Belajarlah dari para pengurus padepokan. Semoga ilmu kanuragan yang dipelajari dari padepokan dapat membantu menjaga padepokanmu. Dari serangan negara api”, kata sang Pemimpin padepokan. 


“Terima kasih yang Mulia, Pemimpin padepokan. Semoga kepercayaan yang diberikan Pemimpin padepokan dapat hamba tunaikan”, kata sang murid padepokan. Sembari sembah takzim dari sang murid padepokan. 


Terbayang suka cita dari murid padepokan. Wajahnya ceria. Dan hingga 2 purnama kedepan, sang murid mengolah ilmu kanuragan dari padepokan. 

Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..