Negeri Astinapura : Pugar Istana Astinapura

 



Syahdan. Ditengah kerumuman pasar. Terlihat pedagang lalu lalang. Berjalan kesana kemari tanpa ada yang pasti dibeli. 


Dari pagi Para pemilik warung mulai resah. Kopi dan teh yang hendak dihidangkan, belum jua dikunjungi pembeli. 


Serangan dari dedemit menggemparkan negeri Astinapura. Menyerang dari Depati, Rio bahkan para punggawa kerajaan. 


Suara di Istana sema sekali sepi. Tidak terdengar alunan biola dari sang Permaisuri. Setelah Raja muda meninggalkan Istana. Dibuang ke negeri Seberang. 


Sementara didekat Istana, para sengkuni, para punggawa kerajaan hendak bersiasat. Mengambil kepingan emas dari brangkas Istana ditengah lowongnya mahkota Raja Kerajaan Astinapura. 


“Tuanku, para punggawa. Raja muda sudah meninggalkan Istana Astinapura. Sementara Raja yang baru belum memasuki Istana. Alangkah baiknya kita bersiasat untuk mengambil kepingan emas dari brangkas Istana”, kata Sang Sengkuni. Wajahnya cerah. Secerah harapan dan mengharapkan kepingan emas. 


“Bukankah sebaiknya kita menyimpan rapat-rapat kepingan emas di brangkas Istana, tuanku Sengkuni. Kasihan Raja yang hendak dilantik nantinya. Melihat kepingan emas tidak tersisa di Istana”, kata Punggawa sembari menundukkan badannya. Wajahnya tertunduk di Lantai. Tidak berani menatap muka sang Sengkuni. 


“Tidak. Rakyat negeri Istana tidak mungkin mengetahuinya. Bukankah kepingan emas yang ada didalam brangkas Istana kita keluarkan untuk pugar Istana Astinapura. Sekaligus juga memugar Balairung Istana. 


Sudah lama Balairung Istana tidak dipugar. Tertutup debu yang menggumpal diperaduan duduk sang raja”, sanggah Sang Sengkuni. 


“Daulat, tuanku. Musim padi kali ini tidak menjadi. Serangan dari dedemit membuat rakyat negeri Istana tidak berani keluar rumah. Mereka menyembunyikan diri didalam rumah. Padi tidak menjadi membuat lumbung tidak berisi”, kata sang Punggawa kerajaan hendak memberikan saran. 


“Tidak. Keluarkan saja kepingan emas dari Istana. Bukankah sembari memugar Istana Astinapura, kita juga bisa memugar gedung para adipati. Sekaligus singgasana para adipati agar terlihat indah di Tengah Rakyat. 


“Sembari itu, pugar juga gedung dharmaputra. Bukankah sudah lama Raja tidak memperhatikan gedung yang dihuni oleh Adipati dan gedung Dharmaputra. Biar negeri Astinapura dihormati negara tetangga”, titah sang Sengkuni. 


“Jangan membantah titah dariku. Pabila engkau membantah titahku, jubah kebesaranmu akan diambil prajurit istana Astinapura”, lanjut titah Sang sengkuni. 


Sembari keluar dari Istana Astinapura, sang sengkuni berbisik kepada punggawa kerajaan. “Jangan lupa upeti dan kepingan emas sebagai hadiah kepada punggawa. Agar mereka tidak membantah titahmu. 


“Daulat, tuanku”, sembah sang punggawa menundukkan kepala. 



Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..