Rapat di Istana Alengka


Syahdan. Ketika matahari menjelang memasuki peraduan, berkumpullah para punggawa istana dan telik sandi istana..

Sang maharaja menyimak dengan tekun setiap kabar yang dibawa dari luar istana...

"Daulat, tuanku.. Sang Resi palsu sudah bertemu dengan punggawa istana.. Dia mengeluarkan kitab mantra dan telah diterima para punggawa", ujar Sang punggawa sambil menakupkan tangan di dada..

"Apa mantra yang telah dibawa.. Apakah kesaktiannya bisa menandingi kesaktian mantra istana ?" Kata Sang maharaja penasaran..

"Tidak, tuanku.. mantra didalam kitab belum teruji kesaktiannya. Dibawa dari negeri tetangga.. Tapi rakyat Negeri Alengka tidak mau menerimanya.. Sedangkan kesaktiannya tidak perlu ditakuti", kata sang punggawa..

"Baiklah.. Tapi karena sang resi telah membawa huruhara yang membuat semedi rakyat terganggu.. Sang Resi palsu mengaku resi istana tidak boleh meninggalkan negeri Alengka.. Dia harus tetap diawasi punggawa istana. Selain itu juga, dia harus dihadapkan di mahkamah Istana.. Agar rakyat tenang untuk semedi ?" Titah sang Maharaja..

"Daulat, tuanku", Sambil mengundurkan diri dari Rapat istana..

"Apalagi kabar yang hendak disampaikan ? Ujar sang Maharaja..

"Hamba, tuanku.. Adipati kesayangan istana menimbulkan kegemparan di tengah pasar.. Rakyat ingin bertemu tuanku.. Agar Singgana Adipati jangan diberikan ? Lapor Telik Sandi..

"Bukankah Sang Adipati telah menyampaikan salah.. Mengapa mash juga dibicarakan.. Siapa rakyat Negeri Alengka yang masih tdk suka dengan sang Adipati, agar segera ke istana.".

"Bagaimana negeri istana bisa tenang dan aku bisa kerja. Apabila sang adipati telah menyampaikan salah tapi masih ada yang belum terima ? Ujar Sang Maharaja heran..

"Daulat, tuanku.. Menurut kitab istana, sang adipati tidak diperkenankan masuk istana.. Karena celaan dari rakyat Negeri Alengka", ucap sang telik sandi..

"Bagaimana para punggawa ? Tanya sang Maharaja..

"Daulat, tuanku.. Sebaiknya kita meminta titah dari pertapa istana.. Agar istana tidak salah melangkah", Kata Sang punggawa..

"Baiklah. Bawa sirih dan kapur.. Tanda salam dari kerajaan.. Sampaikan "Istana menunggu titah dari pertapa" ? Titah Sang Maharaja..

"daulat, tuanku " Ujar serempak sang punggawa istana sembari keluar istana.
Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..