Negeri Astinapura

 


Terdengar suara tergopoh-gopoh memasuki balairung Istana Astinapura. Sang Telik sandi segera berkabar kepada Sang Raja di Balairung Istana Astinapura. 


“Daulat, tuanku. Hamba menghaturkan sembah”, kata sang telik sandi. Keringatnya bercucuran. Peluh membasahi wajahnya. Mukanya berseri. 

“Ada apa, sang telik sandi. Mengapa engkau terburu-buru menghadapku”, tanya sang Raja Astinapura. Sembari menerima sembah. 


“Daulat, tuanku. Menurut kabar dari sang telik sandi yang hamba kirimkan ke negeri Astinapura, sang Raja terpilih mendatangi kadipaten sang Adipati”, jawab sang telik sandi. 


“Ada apa, sang telik sandi. Apakah sang raja membawa pasukan hendak menyerbu kadipaten”, khawatir sang Raja Astinapura. 


“Tidak, tuanku. Sang Raja muda yang memenangkan adu memanah di alun-alun depan Istana mengantarkan tanda persahabatan. Kemudian sang adipati menyambutnya dengan wajah yang berseri-seri”, kata sang telik sandi bergembira. 


“Puji syukur. Ternyata sang Adipati menyambut kedatangan sang Raja Muda terpilih. Sebagai tanda persahabatan. Semoga dewata agung merestui negeri Astinapura”, sambut sang Raja bergembira. 


“Segera tabuhkan tetabuhan. Tiupkan terompet tanda bergembira. Kibarkan panji-panji Astinapura di alun-alun Istana Astinapura”, titah sang Raja. 


“Daulat, tuanku. Titah tuanku akan dilaksanakan”, kata debalang Kerajaan. Bergegas meninggalkan balairung Istana. 

Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..