Negeri Astinapura : Gundah gulana para pendekar padepokan




Terdangar suara kegaduhan di padepokan di kerajaan Astinapura. Para pendekar mengelilingi sang Pemimpin padepokan. Mempertanyakan kekuatan dan kesaktian dari padepokan di Seberang kerajaan Astinapura. 

“Tuanku, Pemimpin padepokan. Ajian dan mantra apa yang membuat murid-murid padepokan di Seberang Istana Astinapura mempunyai kesaktian. Laku tapa brata yang mereka lakukan. Sehingga ajian dan kesaktiannya sungguh-sungguh dahsyat. 


“Apakah ajian dari kitab padepokan disini tidak mampu lagi mengimbangi kekuatan para pendekar disana, tuanku ?”, tanya sang pendekar tertua. Wajahnya gelisah. 


Kekuatan dan kesaktian dari padepokan mulai terancam dengan para pendekar muda dari padepokan. 


“Wahai para pendekar semuanya. Hampir Seluruh ajian dan mantra dari kitab dari padepokan telah hamba sampaikan kepada kalian. Hingga sekarang hamba belum mengerti, mengapa para pendekar dari padepokan diseberang istana Astinapura mempunyai kesaktian yang mumpuni”, jawab pemimpin padepokannya. Wajahnya terlihat gelisah. Badannya keringat dingin. Seakan-akan tidak mengerti kemajuan para pendekar muda dari padepokan diseberang Istana Astinapura. 


“Apakah Seluruh tapa brata telah kalian lakukan dengan baik. Apakah ada ajian dan mantra dari kitab padepokan yang belum kalian kuasai ?”, tanya sang Pemimpin padepokan semakin heran. 


“Tidak, tuanku Pemimpin padepokan. Hampir seluruh ajian dan mantra dari kitab padepokan telah dijalani dengan baik. Hamba sungguh tidak mengerti”, jawab para pendekar. 


“Bahkan para pendekar muda yang semula tidak diperhitungkan, sekarang mereka mempunyai ajian yang mumpuni”, sambung dari para pendekar. 


“Baiklah. Malam ini hamba akan semedi. Semoga menerima wangsit dari para dewata. Untuk mengetahui, Ajian dan mantra apa yang membuat para pendekar muda dari padepokan Seberang Istana Astinapura begitu sakti digdaya”, titah sang Pemimpin padepokan. 


“Kalian, para pendekar, lanjutkan tapa brata. Untuk menggembleng kesaktian mandraguna”, titah sang Pemimpin padepokan. 


“Baiklah, tuanku”, sembah para pendekar bergegas turun dari pasebanan. Melanjutkan tapa brata. 

Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..