Negeri Astinapura : Gundah Gulana Sang Maharaja



Didalam balairung Kerajaan negeri Alengka begitu sunyi. Semuanya diam. Tertunduk diam tidak bersuara. Sang maharaja begitu murka. Tidak seperti biasanya Sang Maharaja begitu murka.

“Mengapa Adipati tidak mau mengurusi negerinya dari serangan Negara Air. Apakah Sang Adipati begitu penakut. Atau memang begitu dungu sehingga tidak berani menghadapi serangan dari negara air’, Kata Sang Maharaja begitu murka.

“Rakyat kedinginan. Mereka tidur diluar. Dingin. Tiada penutup badan. Kasihan rakyatku”, kata Sang Maharaja masih begitu geram.

“Daulat, tuanku. Hamba sudah sampaikan kepada adipati agar keluar dari istana menghadapi serangan dari negara Air. Tapi Adipati belum mau keluar. Katanya “Serangan itu” tidak akan berarti apa-apa. Nanti akan ilang sendiri”, kata sang Punggawa. Tangannya terkatup didada. Matanya menunduk kebawah. Tidak berani menatap wajah sang Maharaja. Dia mengetahui. Sang maharaja begitu murka.

‘Tapi sebagai adipati, dia harus didepan memimpin pasukan memimpin perlawanan serangan dari negara air. Masa masih juga cengengesan kayak anak muda. Memalukan. Suruh dia keluar dari istana”, kata sang Maharaja begitu murka. Suaranya menggelegar. Memekakkan telinga. Seluruh balairung istana Kerajaan mendengarkannya.

“Daulat, tuanku maharaja. Titah tuanku akan hamba sampaikan kepada adipati”, katanya bergegas keluar dari balairung. Tidak lupa barisan lengkap pasukan kerajaan Negeri Alengka mengikuti punggawa menuju kerajaan Adipati. Titah yang harus dilaksanakan.
Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..