Laporan Telik Sandi


Tergogoh sang telik sandi menuju Istana Astinapura.. Keringatnya bercucuran, nafasnya terengah-engah. Dadanya bergemuruh.. Para punggawa segera mengantarkan sang telik sandi menghadap sang Raja..

"Daulat, tuanku.. Kabar dari negeri Astinapura semakin menyedihkan. Muara air terus meluap. Tirta suci sekrang tidak bersih lagi.. Tempat-tempat berkumpul rakyat telah digenangi tirta. Demikian, tuanku" Kata sang Telik sandi menghaturkan sembah..

"Bukankah aku sudah perintahkan kepada kerani istana untuk mengeluarkan ransum istana.. Apakah masih kurang ? Tanya sang Raja astinapura..

"Bukan begitu, tuanku.. Ransum istana sudah dikeluarkan dari istana. Tempat pemujaan sudah dibersihkan. Tapi tirta air terus meninggi menggenangi rumah-rumah penduduk, tuanku" lanjut sang telik sandi..

"Lalu apa yang aku lakukan.. Bukankah persemedianku belum selesai sehingga Dewa Aruna masih menunjukkan murka.. Biarkan semedi kuselesaikan. Semoga Dewa penguasa alam jagat raya menerima puji-pujian dan menurunkan murkanya". Kata Sang Raja Astinapura sambil berlalu..

"Daulat, tuanku.." sembah sang telik sandi..

Namun sepanjang jalan keluar istana, sang telik sandi heran. Mengapa sang raja lebih suka semedi daripada melihat derita rakyat Negeri Astinapura.

"Ah. Mungkin selesai semedi sang Raja, tirta dari langit akan menghentikan turunnya." Gumam sang telik sandi..
Memoar
Memoar Catatan yang disampaikan adalah cerita yang bisa dibaca..