Syahdan. Sang Maharaja Negeri sedang berlatih memanah di gelanggang
istana. Datanglah sang telik sandi mengabarkan mantan Sang Raja sedang
berdiri di pintu gerbang istana hendak masuk dan bertemu sang Maharaja.
Sang Maharaja kemudian bertanya. “Apakah sang Raja hendak berlatih bersama memanah denganku ?”.
“Tidak tuanku yang berdaulat. Beliau hendak menyampaikan kabar. Apakah ada telik sandi yang diutus istana Alengka untuk melihat semua pergerakan langkah Sang Raja ?. Beliau ingin bertemu langsung dengna Tuanku Maharaja Negeri Alengka yang agung”..
“Untuk apa aku menugaskan telik istana melihat semua pergerakan langkah sang Raja. Bukankah Negeri Alengka mempunyai istana megah dan dikelilingi pasukan setia menjaganya. Dewa-dewa di langit merestui aku menjadi Maharaja Negeri Alengka. Lihatlah setiap purnama, rakyat Negeri Alengka selalu mengabarkan kepadaku hasil panen yang melimpah. Buah-buahan selalu tersedia di pasar Kerajaan. Para perompak kampong telah dikalahkan para pendekar istana.
“Lagipula aku khan sedang berlatih memanah”. Kata Sang Maharaja sambil mengambil busur hendak memanah ke arah sasaran .
“Tapi, daulat tuanku, Raja hendak juga mengabarkan, pangeran kesayangan sang Raja sedang mengikuti sayembara di adipaten di seberang istana. Sang Raja merasa diganggu oleh kabar angin yang menuduh Sang Raja hendak mengganggu istana Alengka. Sang Raja hendak menyampaikan kabar. Tidak betul kabar angin”, kata Telik sandi sambil tetap mukanya menatap ke bawah. Tidak berani menghadap mukanya kepada Sang Maharaja.
Sambil meletakkan busur panahnya, Sang Maharaja berkata “Bukankah segala kemewahan telah diberikan oleh istana. Para Punggawa yang menjaga sang raja. Kuda-kuda terlatih yang bertugas membawa Sang Raja kemana saja. Sang Raja dapat menggunakan Para punggawa untuk mengetahui darimana kabar angin yang berhembus. Sehingga kabar angin kemudian bertiup”.
“Daulat, tuanku”. Sambil beringsut sang Telik sandi kemudian ke gerbang istana dan mengabarkan pesan sang Maharaja Negeri Alengka.
Sambil membuka pintu gerbang istana, Sang Telik sandi berkata “Maharaja negeri Alengka sedang berlatih memanah. Tidak bisa diganggu. Beliau belum bisa ditemui.
Sang Maharaja kemudian bertanya. “Apakah sang Raja hendak berlatih bersama memanah denganku ?”.
“Tidak tuanku yang berdaulat. Beliau hendak menyampaikan kabar. Apakah ada telik sandi yang diutus istana Alengka untuk melihat semua pergerakan langkah Sang Raja ?. Beliau ingin bertemu langsung dengna Tuanku Maharaja Negeri Alengka yang agung”..
“Untuk apa aku menugaskan telik istana melihat semua pergerakan langkah sang Raja. Bukankah Negeri Alengka mempunyai istana megah dan dikelilingi pasukan setia menjaganya. Dewa-dewa di langit merestui aku menjadi Maharaja Negeri Alengka. Lihatlah setiap purnama, rakyat Negeri Alengka selalu mengabarkan kepadaku hasil panen yang melimpah. Buah-buahan selalu tersedia di pasar Kerajaan. Para perompak kampong telah dikalahkan para pendekar istana.
“Lagipula aku khan sedang berlatih memanah”. Kata Sang Maharaja sambil mengambil busur hendak memanah ke arah sasaran .
“Tapi, daulat tuanku, Raja hendak juga mengabarkan, pangeran kesayangan sang Raja sedang mengikuti sayembara di adipaten di seberang istana. Sang Raja merasa diganggu oleh kabar angin yang menuduh Sang Raja hendak mengganggu istana Alengka. Sang Raja hendak menyampaikan kabar. Tidak betul kabar angin”, kata Telik sandi sambil tetap mukanya menatap ke bawah. Tidak berani menghadap mukanya kepada Sang Maharaja.
Sambil meletakkan busur panahnya, Sang Maharaja berkata “Bukankah segala kemewahan telah diberikan oleh istana. Para Punggawa yang menjaga sang raja. Kuda-kuda terlatih yang bertugas membawa Sang Raja kemana saja. Sang Raja dapat menggunakan Para punggawa untuk mengetahui darimana kabar angin yang berhembus. Sehingga kabar angin kemudian bertiup”.
“Daulat, tuanku”. Sambil beringsut sang Telik sandi kemudian ke gerbang istana dan mengabarkan pesan sang Maharaja Negeri Alengka.
Sambil membuka pintu gerbang istana, Sang Telik sandi berkata “Maharaja negeri Alengka sedang berlatih memanah. Tidak bisa diganggu. Beliau belum bisa ditemui.